Pages

Tuesday, June 4, 2019

Kisah Malang Bocah Kupang yang Lukanya Tak Kunjung Sembuh

Liputan6.com, Kupang - Jalan setapak kecil berbatu, tak jauh dari bantaran kali Labat, mengarahkan saya ke sebuah rumah kecil, berdinding bebak yang sudah separuh lapuk. Rumah itu, tak ubahnya seperti sebuah gubuk. Jika dipandang dari jauh, rumah itu tersembunnyi di antara himpitan rumah-rumah warga yang kokoh. Rumah itu terletak, di RT 02, RW 04, Kelurahan Bakunase II, Kecamatan Kota Raja, Kupang.

Rumah itu, sudah berdiri puluhan tahun. Selama rentang waktu itu pula, telah melindungi sebuah keluarga miskin yang terus mencoba bertahan, menyulam kehidupan, hari demi hari.

Seorang perempuan paruh baya bernama Jeni Marice Adoe (43) ada di situ. Dia ibu dari Bram, bocah yang menanggung luka di perutnya selama empat tahun lebih. Luka itulah yang membawa tim Liputan6.com mampir ke gubuknya beberapa waktu lalu.

Marice manyambut kami apa adanya, tanpa alas kaki, mengenakan celana pendek, baju warnah biru yang sudah memudar, keringat kecilnya masih mengalir pelan.

Ia kemudian mempersilahkan kami masuk. Rumah berlantai tanah itu, hanya memliki dua kamar saja. Satu untuk keluarga, satu kamar depan difungsikan ganda, sebuah bale-bale diletakan disudut ruangan depan itu.

"Saat tamu-tamu sudah pulang, ke empat anak saya tidur di sini," ujarnya.

Penopang atap rumah itu terbuat dari batang pohon kelapa yang kelihatan sudah dimakan rayap. Pilar dinding rumah terbuat dari kayu yang nampak begitu rapuh, menggambarkan rumah ini, belum pernah direnovasi.

Dibagian dapur, mereka memanfaatkan seng-seng bekas berkarat untuk membuat dapur darurat. Seng-seng itu, sudah kelihatan menghitam akibat asap -asap dari tungku batu yang berada dalam dapur itu.

"Ayolah Nak, mari," ia memanggil anaknya Bram. Bocah malang itu kemudian duduk disampingnya, bersama ketiga adiknya yang masih kecil. Ayahnya, yang sebermula membantu merenovasi rumah tetangganya kemudian datang dan bergabung dengan kami. Ia mengenakan celana pendek, juga tanpa alas kaki.

Untuk menghidupi ke empat anaknya, Marice bekerja apa saja. Mencuci pakaian orang dan menyetrikanya, sementara suaminya, Nahum Tamoes (42), bekerja sebagai buruh kasar lepas.

Bram Tamoes (8), anak pertama mereka, bocah sekolah dasar yang terpaksa berhenti sekolah karena luka yang dialaminya. Luka itu, dipastikan akan merenggut masa depannya.

Marice mengisahkan, Bram, mengalami luka mengangah di perutnya akibat tusukan benda tajam dari dalam lubang duburnya. Luka itu ia dapatkan saat Bram bermain dengan anak-anak seusinya di bantaran kali Labat 2015 silam.

Peristiwa memilukan itu bermula, saat Bram memanjat pohon mangga yang berada di sekitaran area bermain mereka, nahas menimpanya, ia terjatuh. Di bawah pohon mangga itu ada sebuah batang kayu tajam berukuran sekitar 60 cm.

"Saat ia terjatu itulah, bagian duburnya mengenai benda kayu tajam itu. Kayu tajam itu menikam lubang duburnya sampai masuk ke dalam ususnya," ujarnya.

Bocah malang itu kemudian berusaha bangkit dan sekuat tenaga mencabut kayu itu sendiri dari lubang duburnya. Namun, sebagian kayu itu, masih tertinggal di dalam ususnya.

Bocah malang itu kemudian dibawa orangtuanya ke rumah sakit umum (RSU) Profesor Yohanes Kupang. Di sana ia menjalani operasi untuk mengeluarkan sisa kayu yang tertanam di dalam ususnya itu.

Dalam pelaksaan operasi itu, tim medis terpaksa membuat lubang diperutnya. Hal ini dilakukan agar dia bisa mengeluarkan tinjanya. Sebab, menurut tim medis, ada bagian usus di dalamnya pecah sehingga tinjanya tak bisa lagi keluar lewat lubang dubur.

Setelah dilakukan operasi pertama, bocah malang itu, masih mengeluh sakit dan masih mengeluarkan sisa-sisa kotoran melalui lubang bekas operasinya.

"Jadi kami melakukan operasi ke dua dan pulangnya, Bram sudah agak baikan, tapi tetap masih merasa sakit. Apabila ia kencing dan buang air besar, masih ada serpihan kotoran yang keluar, sebagian di duburnya, sebagian masih di lubang bekas operasi," ujarnya.

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/regional/read/3983210/kisah-malang-bocah-kupang-yang-lukanya-tak-kunjung-sembuh

No comments:

Post a Comment