Pasalnya, Laguna Segara Anakan dan perairan Nusakambangan sudah lama dikenal sebagai habitat buaya muara. Namun, belasan tahun terakhir, buaya memang tak pernah lagi terdeteksi di kawasan ini.
Ia juga mengatakan, Laguna Segara Anakan merupakan ekosistem yang menunjang kehidupan buaya. Hanya saja, belum bisa disimpulkan apakah buaya yang nampak kali ini adalah buaya asli Laguna Segara Anakan atau buaya yang bermigrasi dari tempat lain.
"Ada kemungkinan juga buaya itu terlepas atau dilepaskan oleh pemiliknya," ujarnya, Mei 2019 lalu.
Endi mengemukakan, mengevakuasi buaya juga bukan soal mudah. Selain risiko-risiko dalam proses evakuasi, perairan Nusakambangan juga sangat luas. Cukup sulit untuk menangkap dan memindahkan buaya Nusakambangan ke tempat baru.
Tetapi, ia pun menegaskan bahwa buaya, apa pun jenisnya, adalah hewan dilindungi. Karenanya, ia meminta agar masyarakat tak memburu apalagi sampai membunuh buaya ini.
Terlebih, Laguna Segara Anakan, sebagaimana kawasan muara lain di Indonesia memang telah dikenal sebagai habitat buaya. Sebelumnya, buaya dilaporkan menampakkan diri di Sungai Ijo dan Luk Ulo, Kebumen.
Kemunculan buaya lainnya adalah di Pangandaran, Jawa Barat. Tetapi, BKSDA belum menyimpulkan apakah buaya di Kebumen atau Pangandaran dengan buaya di Nusakambangan adalah individu yang sama.
"Memang menciptakan harmoni antara manusia dan buaya itu agak sulit. Tapi yang tidak boleh dilupakan bahwa perairan Laguna Segara Anakan juga merupakan habitat buaya," dia menegaskan.
BKSDA juga telah memasang papan peringatan waspada buaya dan mensosialisasikan agar nelayan berhati-hati ketika beraktivitas di perairan ini. Nelayan diminta untuk tak melaut seorang diri.
Saksikan video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment