Pages

Sunday, November 4, 2018

Syirkatun Nisa, Geliat Ekonomi Kreatif Wanita Aceh

Liputan6.com, Aceh Utara - Kekuatan seni yang tinggi dengan guratan motif Aceh yang kental menghias, menjadikan tas Aceh produk kelompok usaha wanita Syirkatun Nisa menjadi terkenal dan melanglang buana ke berbagai negara.

Produk tas motif Aceh yang di produksi oleh kelompok yang bermarkas di Gampong Meunasah Rayeuk, Kecamatan Nisam, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, tidak hanya satu jenis saja akan tetapi beragam model dan bentuk yang menarik dan menggoda mata. Mulai dari model tas sandang, dompet hingga koper di produksi oleh kelompok usaha wanita ini dengan ragam keindahan perpaduan warna benang-benang indah yang membentuk motif khas Aceh.

Menarik menelusuri sejarah perjalanan tas motif etnik Aceh ini hingga dikenal, baik di dalam negeri maupun mulai menarik di pasar manca negara. Terlebih lagi, tas motif Aceh ini, diproduksi oleh sebuah kelompok usaha wanita di sebuah desa pedalaman di Aceh Utara.

Mendatangi tempat usaha pembuatan tas tersebut, aroma dan suasana tempat produksinya begitu terasa. Sejak awal masuk di gerbang desa hingga kita menemui lokasi usahanya.

Suara mesin jahit yang berderit bagai nada, sembari terlihat tangan-tangan cekatan dan terlatih mengarah hingga menyusun pola-pola yang dibentuk pada guratan kain prada untuk membentuk lekuk liku motif etnik ke Acehan.

Inilah lokasi kelompok usaha Syirkatun Nisa yang memproduksi beragam tas tradisional yang sarat dengan motif etnik keacehannya. Kelompok yang diketuai oleh wanita yang bernama Nailatul Amal itu, seiring waktu terus bergeliat dalam memproduksi karya seninya hingga tembus keberbagai acara dan pameran serta meningkatnya nilai penjualan.

Beberapa produk tas bordir yang mereka produksi di antaranya adalah tas pakaian besar, tas pakaian bayi, tas Nano (tas pakaian dengan ukuran kecil), tas ransel dan dompet.

Produk tas bordir memiliki pasar yang lebih luas. Saat ini, jumlah permintaan ekspor terus meningkat setiap bulannya, bahkan beberapa permintaan dari pasar ekspor terus berdatangan. Begitu juga permintaan yang berasal dari pasar lokal disejumlah provinsi lainnya di Indonesia.

Keberhasilan kelompok Syirkatun Nisa tidak terlepas dari peran bapak angkat yang membina dan membantu.

Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Lhokseumawe melalui program Klaster Industri Kreatif, sejak 2016 telah mulai membina kelompok usaha wanita tersebut. Beragam ketrampilan dan pengetahuan tentang penguatan kelompok usaha terus di injeksi oleh KPw BI Lhokseumawe.

Mulai dari Bantuan Teknis (Bantek) berupa pelatihan manajemen dan kelembagaan kelompok usaha. Pelatihan pelaporan keuangan kelompok, pelatihan pengelolaan keuangan keluarga, pelatihan desain model tas dan diikutsertakan dalam studi banding terhadap produk sejenis yang telah lebih dulu berkembang. Serta memberikan bantuan berupa mesin dan alat kerja kepada kelompok tersebut mulai dari mesin jahit, mesin potong, bordir dan bantuan alat-alat dan bahan kerja lainnya.

Tidak hanya sampai di situ, KPw Bank Indonesia Lhokseumawe juga mendukung kelompok usaha ini dengan promosi melalui berbagai kegiatan dan pameran produk industri kreatif, yang digelar di dalam maupun di luar daerah.

"Baik yang digelar oleh Bank Indonesia maupun yang diselenggarakan oleh pihak lain," kata Kepala KPw BI Lhokseumawe Yufrizal, dilansir Antara.

Terakhir saat pelaksanaan pertemuan International Monetery Fund (IMF) di Nusa Dua Bali. Tas motif Aceh, hasil produksi kelompok usaha Syirkatun Nisa yang ikut mengisi galeri stand UMKM pada pertemuan tersebut, ikut diborong oleh peserta kegiatan dari berbagai negara. Setiap waktu rehat peserta dari berbagai delegasi menyempatkan diri bertandang ke stand UMKM Binaan BI Khokseumawe.

"Mereka umumnya melihat-lihat tas produksi motif Aceh, produksi Syirkatun Nisa yang merupakan UMKM binaan BI Lhokseumawe. Mereka juga tertarik dengan tas tradisional khas Aceh yang memiliki keunikan tersendiri namun modis dalam segala suasana," ujar Yufrizal.

Sejumlah pengunjung yang berasal dari berbagai negera, sempat berpikir bahwa tas dengan bentuk dan motif tradisional tersebut, diproduksi oleh pengrajin di Bali. Akan tetapi setelah dijelaskan bahwa produksi tas tersebut berasal dari Aceh, sebuah provinsi paling barat Indonesia, mereka semakin kagum.

"Alhasil, dari 345 item barang yang dibawa dari Aceh, sampai hari ini hanya tersisa lima item saja, sedangkan yang lainnya semua habis terjual," kata Yufrizal.

Hasilnya, dengan gencarnya promosi dan diikutersertakan pada berbagai kegiatan dan pameran oleh KPw BI Lhokseumawe, produk Syirkatun Nisa semakin dikenal oleh masyarakat konsumen. Tidak hanya di dalam daerah, akan tetapi dikenal juga di luar Aceh bahkan mulai menjamah pasar mancanegara.

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/regional/read/3683734/syirkatun-nisa-geliat-ekonomi-kreatif-wanita-aceh

No comments:

Post a Comment