:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2795491/original/043722700_1556877536-whatsondotae_midfa_al_iftar.jpg)
Setelah melihat pergantian bulan baru yang menandai akhir dari bulan Ramadan dan mengawali Idul Fitri, maka perayaan Chaand Raat di Pakistan akan dimulai.
Setelah melakukan buka puasa di hari terakhir, para wanita akan berbondong-bondong pergi ke pasar lokal untuk membeli gelang warna-warni.Selain itu, mereka juga melukis tangan dan kaki mereka dengan desain yang rumit menggunakan henna.
Sehubungan dengan tradisi ini, para pemilik toko akan mendekorasi kios mereka dan akan tetap buka hingga dini hari. Para wanita yang memiliki keahlian khusus, akan membuka toko henna yang dekat dengan toko perhiasan.
Hal itu dilakukan agar mereka bisa menarik perhatian pelanggan yang sedang berbelanja dan melukis henna langsung di tempat. Suasana pasar yang ramai pada saat perayaan Chaand Raat merupakan salah satu bentuk semangat dari berbagai komunitas.
Mereka merasa bersemangat dan bergembira untuk menyambut datangnya Idul Fitri pada keesokan harinya.
4. India
Seheriwala atau Zohridaar dari Delhi merupakan bagian dari tradisi muslim yang telah bertahan dalam jangka waktu yang lama dan mewakili budaya serta warisan dari kota Mughal lama. Selama bulan suci Ramadan, para seheriwala berjalan di berbagai jalan kota pada pagi hari.
Mereka berjalan sambil menyerukan nama Allah swt. dan Nabi Muhammad saw. sebagai pengingat waktu sahur bagi umat Islam.
Praktik yang sudah berusia berabad-abad ini masih dilakukan di beberapa bagian Old Delhi, khususnya di lingkungan dengan tingkat penduduk muslim yang tinggi.
Orang-orang yang berkeliling di pagi hari, memulai perjalanan mereka sejak pukul 2.30 pagi dan sering membawa tongkat atau rotan untuk mengetuk pintu dan dinding rumah.
Bagi sebagian besar seheriwala, tradisi ini telah diturunkan dari generasi ke generasi di dalam keluarga mereka. Meskipun jumlahnya mulai berkurang, praktik ini masih lazim dilakukan di Old Delhi.
5. Maroko
Selama bulan Ramadan, lingkungan di Maroko dikuasai oleh Nafar. Mereka adalah penjaga kota yang mengenakan gandora, yaitu pakaian tradisional Maroko, mereka juga mengenakan sandal dan topi.
Mereka bertugas untuk menandai dimulainya waktu fajar dengan melodi yang mereka buat. Mereka dipilih oleh warga kota karena kejujuran dan rasa empatinya. Para Nafar berjalan menyusuri jalanan kota sambil meniup terompet untuk membangunkan orang-orang saat waktu sahur.
Tradisi yang telah menyebar dari Timur Tengah ke Maroko ini telah dimulai sejak abad ke-7. Tradisi ini dimulai ketika seorang sahabat Nabi sedang berjalan-jalan saat fajar sambil menyanyikan doa-doa dengan merdu.
Saat musik Nafar menyapu kota, mereka disambut dengan rasa syukur dan rasa terima kasih, serta mereka secara resmi juga diberi kompensasi oleh masyarakat pada malam terakhir di bulan Ramadan.
6. Albania
Selama berabad-abad, anggota komunitas Muslim Roma, telah mengumumkan waktu awal dan akhir dari ibadah puasa dengan menggunakan lagu-lagu tradisional. Anggota komunitas tersebut berasal dari masa kekaisaran Ottoman.
Selama setiap hari di bulan Ramadan, mereka akan berbaris dan menyusuri jalanan sambil memainkan lodra. Lodra adalah drum silinder buatan rumahan yang dilapisi dengan kulit domba atau kambing.
Para keluarga muslim akan sering mengundang anggota komunitas tersebut ke dalam rumah untuk memainkan lagu tradisional. Hal tersebut dilakukan untuk merayakan dimulainya waktu berbuka puasa.
Reporter:
Rahma Wulan Mei Anjaeni
Universitas Pendidikan Indonesia
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Warga Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar upacara Nyadran menyambut datangnya bulan Ramadan. Warga membersihkan makam dan berdoa untuk para leluhur. Nyadran juga diisi dengan arak-arakan gunungan makanan dan hasil bumi.
No comments:
Post a Comment