Ketika mengerjakan proyek fotonya, Anton ternyata tidak pernah kenal dengan pemilik rumah sebelumnya. Tantangan dimulai dari sana, ketika ia berusaha mendapatkan izin pemilik untuk mengabadikan rumah mereka, yang kemudian menjadi awal persahabatan baru.
Ia menargetkan diri sendiri untuk mengambil foto tidak lebih dari 30 menit. Pertimbangannya, sebagian ruangan yang diabadikan lewat jepretan adalah ruangan pribadi, seperti kamar tidur.
Anton teringat peristiwa di Makassar. Ia tidak pernah memotret sendirian dalam mengerjakan proyeknya ini. Ia selalu mengajak seorang teman yang bertujuan untuk menemani tuan rumah mengobrol ketika ia mengambil gambar.
"Waktu di Makassar, saya berusaha cari cara agar tuan rumah mengizinkan, akhirnya saya mengajak tante dari teman yang menemani saya," tutur Anton.
Caranya itu tidak sia-sia. Si pemilik rumah terbuka dengan tante dari teman Anton. Ia pun bisa memotret dan tante itu menemani tuan rumah mengobrol.
Menurut Anton, hubungan di Makassar erat sehingga ketika mengajak orang yang tinggal di Makassar akan lebih mudah diterima.
Namun, pernah juga Anton ditolak ketika di Surabaya. Ia melihat sebuah rumah yang dipandangnya menarik. Kebetulan, si tuan rumah berada di teras. Dari jalan, ia berbicara dengan tuan rumah. Ia mengapresiasi keberadaan rumah unik itu.
"Saya bilang juga waktu itu, boleh masuk tidak, dan langsung ditolak oleh tuan rumah," kenang Anton.
https://www.liputan6.com/regional/read/3958137/menyingkap-isi-rumah-peranakan-tionghoa-yang-jarang-diketahui
No comments:
Post a Comment