Liputan6.com, Bangkalan - Meski secara administratif masuk wilayah Jawa Timur, Madura merupakan daerah yang khas. Budayanya, bahasanya juga adatnya berbeda dengan pulau Jawa. Maka, salat id di Madura pun berbeda. Tak ada salat id 'out door' di sana.
Biasanya, di kebanyakan masjid di luar Madura, ketika membludak, sebagian orang barulah salat di luar masjid karena tak ada pilihan lain.
Kemudian, Salat id di Madura khotbahnya masih memakai bahasa Arab. Khotib-khotib di desa mayoritas baca khotbah berbahasa arab. Hanya di kota, beberapa masjid sudah berkhutbah dengan bahasa Indonesia.
Masjid Ar Rahman, Dusun Lembung, Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, salah satu yang menggelar salat id dengan khotbah berbahasa arab. Tidak hanya saat salat Id sebenarnya, saat salat Jumat pun, Khatib-khatib Madura masih banyak yang memakai bahasa arab.
"Apakah kamu mengerti isi khutbahnya," saya bertanya pada seorang tetangga yang duduk di sebelah saya.
Dia menggelengkan kepala. Tapi katanya, ia mengerti beberapa kalimat yang dibacakan sang khatib.
"Coba dengarkan, nada suara Aba Jeu terdengar hendak menangis, pasti dia paham apa yang dibaca, pasti isinya kebajikan," katanya.
"Lagi pula, jamaah kan hanya diperintah mendengarkan dengan seksama, bukan memahaminya," teman itu melanjutkan pendapatnya.
Abah Jeu adalah sapaan akrab KH. Jauhari Sobir, khatib salat id di Rabu (6/6/2019) pagi itu.
https://www.liputan6.com/regional/read/3984530/madura-salat-id-dan-khutbah-bahasa-arab
No comments:
Post a Comment